Parameter Uji Kualitas Air
Air adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam ekosistem, berfungsi sebagai kebutuhan dasar bagi semua makhluk hidup. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan permasalahan lingkungan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah pencemaran air. Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air didefinisikan sebagai masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air akibat aktivitas manusia, yang menyebabkan penurunan kualitas air hingga tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Dampak Industrialisasi dan Urbanisasi
Proses industrialisasi dan urbanisasi telah memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan. Pembuangan limbah, baik dari industri maupun rumah tangga, ke badan air adalah penyebab utama pencemaran air. Secara umum, ada dua sumber pencemaran air: point sources (sumber pencemar dari titik tetap) dan non-point sources (sumber pencemar dari titik tidak tetap). Contoh sumber pencemar dari titik tetap termasuk pabrik, sistem septic tank, dan fasilitas pengolahan air limbah, sedangkan sumber pencemar tidak tetap lebih sulit diidentifikasi dan meliputi sedimen, pupuk, bahan kimia, dan limbah dari peternakan serta aktivitas konstruksi
Mengukur Kualitas Air
Untuk menangani pencemaran air, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat. Salah satu langkah penting dalam penanggulangan masalah ini adalah mengukur kualitas air dengan menggunakan parameter uji, seperti temperatur, pH, TSS, BOD, COD, dan DO. Data yang diperoleh dari pengujian kualitas air ini sangat berharga untuk menentukan langkah-langkah efektif dalam mitigasi pencemaran. Berbagai alat dapat digunakan, termasuk Water Quality Tester dari brand terkenal SCITEK, yang dapat membantu dalam pengukuran ini.
Parameter Uji Kualitas Air
- Temperatur
Temperatur air biasanya diukur dengan termometer air raksa yang memiliki skala Celsius (°C). Temperatur sangat penting karena memengaruhi laju reaksi kimia dan aktivitas biologis dalam air. - pH
Nilai pH air diukur menggunakan pH meter, yang menggambarkan kondisi keasaman (konsentrasi ion hidrogen) air. Skala pH berkisar antara 1-14: nilai 1-7 menunjukkan kondisi asam, 7 adalah netral, dan 7-14 menunjukkan kondisi basa. Kondisi pH yang tidak seimbang dapat memengaruhi kehidupan akuatik. - Total Suspended Solids (TSS)
TSS digunakan untuk menentukan kepekatan air dan efisiensi proses. TSS dapat terdiri dari lumpur, tanah liat, logam oksida, ganggang, dan mikroorganisme. Penanganan TSS umumnya dilakukan melalui proses flokulasi dan penyaringan, karena TSS dapat mengakibatkan kekeruhan yang membatasi penetrasi cahaya dan fotosintesis. - Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme di dalam air untuk memecah bahan buangan organik. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan aktivitas organisme yang meningkat dalam mendegradasi bahan organik, yang dapat menyebabkan penurunan jumlah oksigen terlarut. Penurunan kadar oksigen terlarut dapat mengakibatkan bau tidak sedap dan dampak negatif pada ekosistem. - Chemical Oxygen Demand (COD)
COD mengukur jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan buangan secara kimia. Dalam pengujian ini, biasanya digunakan kalium bikromat (K₂Cr₂O₇) sebagai sumber oksigen. Semakin banyak kalium bikromat yang diperlukan, semakin tinggi tingkat pencemaran air yang diuji. - Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah oksigen terlarut yang esensial bagi semua makhluk hidup untuk metabolisme. Kadar DO berkurang seiring bertambahnya kedalaman perairan, karena proses fotosintesis menurun dan oksigen digunakan untuk metabolisme. DO adalah indikator penting dari kualitas air, berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.
Kesimpulan
Pengukuran parameter-parameter ini sangat penting untuk mengevaluasi kualitas air dan merumuskan strategi untuk mengatasi pencemaran. Dengan alat yang tepat dan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah, kita dapat menjaga dan meningkatkan kualitas sumber daya air yang vital bagi kehidupan.